Jakarta-Peringatan keras yang pernah dilontarkan mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengenai proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) kini seolah menjadi kenyataan pahit. Sikap tegas Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membayar utang proyek Whoosh menjadi bukti sahih atas kekhawatiran Jonan sejak awal.
Langkah Menkeu Purbaya ini mendapat dukungan penuh dari mantan Menko Polhukam, Mahfud MD. Menurutnya, keputusan tersebut sangat tepat untuk menyelamatkan keuangan negara yang sudah terbebani oleh proyek warisan era Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu. Mahfud bahkan menyoroti adanya borok dan kejanggalan serius dalam proyek strategis nasional tersebut.
Mahfud menilai, proyek Whoosh telah menyedot anggaran besar yang seharusnya bisa dialokasikan untuk pembangunan lain yang lebih mendesak bagi rakyat.
Lebih jauh, Mahfud menduga adanya permainan harga atau mark-up yang membuat biaya proyek membengkak secara tidak wajar. Ia membeberkan perbedaan perhitungan biaya yang sangat signifikan antara versi Indonesia dan China. Kekhawatiran terbesar Mahfud adalah jika Indonesia terjerat dalam diplomasi utang China. Ia memperingatkan, kegagalan membayar utang bisa berujung pada permintaan kompensasi strategis oleh Beijing, menyinggung kasus tragis yang menimpa Sri Lanka hingga harus merelakan pelabuhannya.
Sikap Menkeu Purbaya sendiri sudah final. Dalam sebuah acara di Bogor, ia menegaskan bahwa tanggung jawab pembayaran utang Whoosh kini berada di tangan manajemen Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), bukan lagi menjadi urusan pemerintah.
